Perbedaan Cara Petik Buah Kopi Terhadap Pendapatan dan Nilai Tambah di Gapoktan Jaya Bakti Kecamatan Pamijahan - Kabupaten Bogor
Abstract
Komoditas kopi telah menjadi primadona di sektor perkebunan, menjamurnya kafe-kafe coffe telah mendorong petani, kelompok tani maupun GAPOKTAN melakukan pengolahan untuk mendapatkan nilai tambah. Bahan baku buah kopi yang diperoleh GAPOKTAN berasal dari petani anggota, dengan dua cara pemetikan buah, yaitu petik asalan dan petik merah merata. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendapatan dan nilai tambah dari pengolahan kopi robusta (Coffea canephora) berdasarkan bahan baku petik asalan dan petik merah. Penelitian dilaksanakan di GAPOKTAN Jaya Bakti, Desa Purwabakti, Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor. Analisis penelitian ini menggunakan komponen-komponen perhitungan pendapatan dan nilai tambah metode Hayami. Hasil penelitian menunjukan bahwa pendapatan yang diperoleh setelah melakukan pengolahan dari buah kopi petik asalan menjadi kopi beras (green bean) sebesar sebesar Rp 5.549.444,- kopi sangrai (rosting) sebesar Rp 21.284.888,- dan kopi bubuk sebesar Rp 26.160.322,-. Sedangkan yang berasal dari buah kopi petik merah menjadi kopi beras (green bean) sebesar Rp 2.229.555,- sangrai (rosting) sebesar Rp 5.169.910,- dan menjadi kopi bubuk sebesar Rp 6.202.265,-. Nilai tambah yang diperoleh GAPOKTAN Jaya Bakti dalam kegiatan pengolahan kopi dari hasil petik asalan, yaitu kopi beras sebesar Rp 59.500,- sangrai sebesar Rp 558.200,- bubuk kopi sebesar Rp 1.070.200. Nilai tambah yang diperoleh dari hasil pengolahan kopi petik merah, yaitu kopi beras sebesar Rp 55.000,- sangrai sebesar Rp 324.500,- kopi bubuk sebesar Rp 644.500,-.
Kata kunci : Kopi, Petik Asalan, Petik Merah, Pendapatan, Nilai Tambah
Full Text:
PDFDOI: https://doi.org/10.52643/jir.v14i1.3134
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2023 Jurnal Ilmiah Respati

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.